BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
India
adalah negeri yang serba ganda, ganda dalam suku bangsa, ganda dalam budaya,
dan ganda dalam soal kepercayaan.Oleh sebab itu, mempelajari agama Hindu terasa
mengalami kesulitan.Jika kita lihat dari sudut pandang ilmu bangsa – bangsa,
India adalah tanah yang beraneka ragam dan akibatnya ialah orang dapat melihat
suatu kebudayaan yang beraneka ragam.Jika kita ibaratkan, agama Hindu itu
seperti pohon besar yang memiliki cabang yang sangat banyak yang melambangkan
berbagai pemikiran keagamaan.
Perkembangan
agama Hindu–Budhatidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di
India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha.
Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu–Budhaketempat lain di dunia.
Peradaban Lembah Sungai Indus berada
sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini. Peradaban Lembah Sungai Indus,
2800 – 1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai
Indus dan Sungai Ghaggar – Hakra yang sekarang Pakistan dan India barat.
Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus,
karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus
Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM.
Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang
dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.
Letak peradaban terbesar bangsa
India adalah terletak di Mohenjodaro dan Harapa.Suku asli India adalah bangsa
Dravida, yang kemudian eksistensinya sedikit demi sedikit tergusur oleh
kedatangan bangsa Arya dari Asia Barat. Peradaban India sering disebut dengan
peradaban sungai Indus yang dialiri oleh lima anak sungai yaitu; Yellum,
Chenab, Ravi, Beas, Suttly yang kemudian terkenal dengan sebutan Punjab (Daerah
lima Aliran Sungai).
Penggalian – penggalian disitus
Mohenjodaro – Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi.Dari bukti
– bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk
Mohenjodaro – Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai
kebiasaan – kebiasaan dalam masyarakatnya.Misalnya, banyak ditemukan amulet –
amulet atau benda – benda kecil sebagai azimat yang berlubang – lubang,
diasumsikan digunakan sebagai kalung.Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat
dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan – tulisan pendek dalam huruf
piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar.Sayangnya, huruf – huruf
ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu
semua belum terungkap.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah adanya pemaparan
mengenai latar bekalang
masalah diatas maka dalam makalah
ini, pemakalah mengajukan permasalahan yang akan dibahas pada makalah
ini adalah :
a) Bagaimanakah keadaan geografis
lembah sungai indus dan india kuno
b) Bagaimana kebudayaan harappa dan
mohenjaro darro, chanhu daro
c) Bagaimana Karakteristik lembah
sungai indus dan india kuno
d) Bagaimana perkembangan lembah sungai
indus dan india kuno
e) Bagaimana pengaruh lembah sungai
indus dan india kuno di asia dan indonesia
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan
uraian makalah diatas.Maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Memperoleh informasi mengenai keadaan geografis Lembah Sungai
Indus dan India Kuno
b) Memperoleh informasi mengenai kebudayaan Harappa dan Mohenjaro
Darro, Chanhu Daro
c) Memperoleh informasi mengenai karakteristik Lembah
Sungai Indus dan India Kuno
d) Memperoleh informasi mengenai perkembangan Lembah Sungai Indus dan
India Kuno
e) Memperoleh informasi mengenai pengaruhnya di Asia
dan Indonesia
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan Makalah, dan Sistematika Penulisan
Makalah.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini mengenai uraian isi makalah.
BAB III PENUTUP
Dalam bab ini
berisi tentang kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEADAAN
GEOGRAFIS LEMBAH SUNGAI INDUS DAN INDIA KUNO
Secara geografis, letak peradaban
kuno ini di sebelah utara berbatasan dengan pegunungan Himalaya.Sebelah barat
berbatasan dengan Pakistan.Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia dan
sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.
a. Tata
Kota
Menurut penentuan karbon 14,
keberadaan kedua kota ini seharusnya adalah antara tahun 2000 hingga 3000
sebelum masehi, lagi pula kota Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu
tahun lampau. Luasnya kurang lebih 25 km persegi.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris
Marshell mengekskavasi kota kuno Mohenjondaro dan Hara. Hasilnya tingkat
kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut membuat Marshell terkejut. Ini
adalah bekas ibu kota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India
antara tahun 2350 – 1750 sebelum masehi, penelitian lebih lanjut menghasilkan
perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu
penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar pada
abad pertengahan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu kota
pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif adalah
daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang
menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang – barang
tembikar. Kota pemerintahan adalah wilayah istana
kerajaan.Fondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok
yang tinggi besar disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja.
Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang
ada aliran airnya.
b. Sistem
Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan
daerah yang subur.Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat
India.Limpahan lumpur sungai Indus telah memberikan kesuburan bagi tanah
disekitarnya.Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil
menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah
pedalaman.
Pembuatan saluran irigasi dan
pembangunan daerah – daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah
Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil – hasil pertanian yang
utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain – lain.
c. Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui
melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota
Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan
berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat
peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah, alat-alat rumah tangga,
alat-alat pertanian, kain dari kapas, serta bangunan-bangunan.
Demikian juga dengan barang – barang
yang terbuat dari tanah liat yang dibakar atau yang disebut terracota, teruma
barang – barang peralatan rumah tangga.
d. Perekonomian
Sistem perekonomian masyarakat
lembah Sungai Indus sangat bergantung pada pengolahan lahan pertanian di
sekitar sungai.Di kawasan ini, petani menanam padi, gandum, sayuran, buah –
buahan, dan kapas.Selain itu mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan
babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian
penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat
mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk
Mesopotamia. Barang dagangan yang diperjual – belikan masyarakat lembah Sungai
Indus adalah barang – barang dari perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan
emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.
e. Pemerintahan
Raja – raja yang pernah memerintah
Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
1.
Candragupta Maurya
Setelah berhasil menguasai Persia,
pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun
327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.Pendudukan yang dilakukan
oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab.Pada tahun 324
SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal
tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya
berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra.
Candragupta Maurya menjadi raja
pertama Kerajaan Maurya.Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan
Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian
utara menjadi bagian dari kekuasaannya.Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan
Maurya sudah mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu daerah Kashmir di sebelah
barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
2.
Ashoka
Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya
dari tahun 268 – 282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya.Pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang.Kalingga dan
Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana
perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi
melakukan peperangan.
Mula – mula Ashoka beragama Hindu,
tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha.Sejak saat itu Ashoka menjadikan
agama Buddha sebagai agama resmi negara.Setelah Ashoka meninggal, kerajaan
terpecah – belah menjadi kerajaan kecil.Peperangan sering terjadi dan baru pada
abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang
terpecah belah itu.Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai
rajanya.
f. Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah
Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa – dewa tersebut
misalnya dewa bertanduk besar, dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga
menyembah binatang-binatang seperti buaya dan gajah serta menyembah pohon
seperti pohon pipal (beringin).Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda
terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan
perdamaian.
(http://theragnhild.wordpress.com/2012/08/20/peradaban-india-kuno-indhus-dan-gangga)
B. KEBUDAYAAN HARAPPA DAN MOHENJARO DARRO, CHANHU DARO
Dalam
mempelajari peradaban dunia nama Indus lebih jauh lebih popular. Hal itu
berhubungan dengan adanyapenemuan besar pada abad ke 20 oleh jawaran
Pemeriksaan kebudayaan kuno di India.Ketika itu mereka sedang melakukan
penggalian tanah di sebuah kampong bernama Mohenjo-Daro dan Harappa yang berada
ditepi lembah sungai Indus.
Penggalian
itu menghasilkan barang – barang berharga, antara lain perabot rumah tangga,
lempengan – lempengan tanah yang berhiaskan gambar binatang dan pohon beringin,
serta sisi – sisi bangunan gedung maupun sisi – sisi benteng. Bangunan tersebut
paling banyak ditemukan di kampong Mohenjo-Daro.Oleh karena itu para ahli
memperkirakan bahwa masyarakat yang tinggal di sungai Indus sudah mempunyai
peradaban yang tinggi.Adanya perabot rumah tangga menandakan bahwa mereka sudah
hidup bermasyarakat dan mempunyai kemampuan mengelola dan menyajikan
makananseperti layaknya manusia sekarang.
Peradaban Lembah Indus menurut para
arkelog pernah berlangsung di Lembah Sungai Indus sejak 3.000-500 SM. Zaman ini
sering disebut zaman Chalcolithicum. Ketika India masih di bawah kekuasaan
pemerintah Inggris mulailah dirintis penggalian kota terpendam. Penggalian kota
yang terpendam dipimpin oleh Sir John Marshall. Penggalian bekas kota
dipusatkan di tepi Sungai Indus yaitu Harappa, Mahenjodaro, dan Chanhudaro.
Penggalian dilakukan sejak tahun
1925 di bekas kota Mahenjo-daro. Dari penggalian tersebut diketemukan antara
lain:
1)
Meterai
– meterai berhuruf, diduga untuk sarana menghindarkan bahaya.
2)
Bangunan
bekas rumah yang sudah memiliki pintu, ukuran batu bata yang sama, dan
ditemukan pendopo. Peneliti menemukan kolam renang yang berukuran besar,
dimungkinkan sebagai kolam renang yang disucikan untuk dewa – dewi. Ditemukan
pula bangunan bekas perairan yang sudah tertata rapi, sistem drainase kota.
Mereka sudah menggunakan alat – alat dari batu dan tembaga. Hal ini memperkuat
bahwa warga masyarakat sudah mengenal dan menggunakan api.
3)
Perhiasan
barang mewah menunjukkan keindahan berupa kalung, gelang, anting – anting yang
terbuat dari emas dan perak. Alat – alat rumah tangga dan permainan anak – anak
sudah dihiasi dengan seni gambar dan seni ukir yang indah.
4)
Mereka
sudah mengenal binatang peliharaan, seperti: gajah, unta, kerbau dan anjing.
Dari penggalian di Harappa (daerah
Punjab, sekitar 600 km utara kota Mohenjodaro) ditemukan, antara lain:
1) Arca – arca yang telah memiliki
nilai seni berkualias tinggi.
2) Ukiran – ukiran kecil terbuat dari
terracotta dengan berbagai bentuk, misalnya bentuk wanita telanjang dengan dada
terbuka.
3) Penghuni kota Harappa telah mengenal
memasak, terbukti adanya peninggalan alat dapur terbuat dari tanah liat, periuk
– periuk dan pembakaran batu bata.
4) Arca – arca yang melukiskan manusia,
lembu menyerang harimau, lembu bertanduk satu dan binatang angan – angan yang
disucikan. Arca – arca ini menunjukkan tingginya teknologi peradaban masyarakat
Harappa.
Dari hasil penemuan di kota – kota tadi
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1) Bangunan perkotaan sudah tertata
dengan rapi. Ciri kota adalah jalan lurus, rumah menghadap ke jalan, dan kota
bersih.
2) Bangsa Dravida sudah hidup menetap
mengikuti pemerintahan aturan (gramma), bercorak kesukuan, dan mata pencaharian
mereka dengan bertani.
3) Sudah mengenal kepercayaan agama
keibuan.
4) Peradaan bangsa Dravida disebut pula
peradaban pra – Hindu.
Cara penguburan jenazah nampaknya
mempunyai bermacam – macam cara tergantung dari suku bangsa. Di Mohenjodaro
misalnya, tidak adanya kuburan seolah – olah menunjukan adanya kebiasaan
membakar jenazah.Kemudian abu jenazahnya ditempatkan dalam tempayan
khusus.Namun, adakalanya tulang – belulang yang tidak dibakar disimpan dalam
tempayan pula.Bukti – bukti menunjukan bahwa di Harappa kebiasaan menguburkan
jenazah tetap ada.
Obyek yang paling umum dipuja oleh
masyarakat di Lembah Sungai Indus adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh
semacam ibu pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia kecil. Tokoh ini
digambarkan seperti lukisan kecil pada periuk belanga serta pada materai maupun
jimat – jimat. Dewi – dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan bentuk
tokoh bertanduk dan berpadu dengan pohon suci pipala. Seorang dewa yang bermuka tiga dan bertanduk dijumpai
lukisannya pada salah sebuah materai batu dengan sikap duduk dikelilingi
binatang.Tokoh ini disamakan dengan tokoh Siwa – Mahadewa pada zaman
berikutnya.Dugaan ini diperkuat oleh penemuan gambar lingam yang merupakan lambang Siwa.Namun, tak dapat dipastikan
apakah wujud – wujud pada materai tersebut menjadi obyek pemujaan atau tidak.
C. KARAKTERISTIK LEMBAH SUNGAI INDUS DAN INDIA KUNO
Peradaban Lembah Sungai Indus
Peradaban
Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini.
Puing Mohenjo-daro difoto di atas
merupakan pusat dari masyarakat kuno ini.Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang
hidup sepanjang Sungai
Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang
merupakan wilayah Pakistan dan India barat.
Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus,
karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga
Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai
Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan
terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya
merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (abad 3 SM)
1.
Mohenjodaro
Benda-benda
yang ditemukan: huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan
anak-anak yang sudah dihiasi berbagai seni gambar dan seni ukir yang indah,
mereka telah mengenal biantang: gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan
benda-benda yang ditemukan di Mohenjodaro, maka dapat disimpulkan bahwa
peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro sudah sangat tinggi.
2.
Harappa
Benda-benda
yang ditemukan: arca-arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk
wanita telanjang dg dada terbuka. Ukiran itu member makna bahwa ibu merupaka
sumber kehidupan; alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari
batu keras (masih kuat sampai sekarang); sebuah patung pohon disamping dewa
(gambaran kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu) beberapa ratus
tahun kemudian; arca-arca yg melukiskan lembu yg menyerang harimau; lembu yang
bertanduk, sebagai gambaran bahwa mereka sangat mensuckan binatang. Hal ini
tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.
BANGSA ARYA
Bangsa Arya
atau Indo Arya mendiami kawasan di sebelah timur sungai Indus: Diantara sungai
Sutlej dan Yamuna. Arya adalah bangsa pengembara. Mereka memiliki kemampuan
bersyair yang tinggi walau tidak mengenal bahasa tulis. Tradisi lisan ini
merupakan transisi masa prasejarah dan sejarah. Diduga bahwa syair-syair yang
dibuat oleh bangsa Arya dibuat setelah kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro
runtuh, sekitar 1500-1000 SM. Kedatangannya di India harus menyingkirkan
terlebih dulu masyarakat sebelumnya, yakni masyarakat pendukung kebudayaan
Mohenjodaro dan Harappa. Ciri masyarakat itu adalah berbahasa Dravida, dan
tidak berhidung (menurut kitab Veda), bibir tebal, kulit hitam, dan menyembah
dewa phallus (dewa kejantanan).Bangsa Arya sangat menghargai wanita. Hal itu
terbukti ketika para wanita dipercayakan untuk mengatur rumah tangga, membangi
kurban, mengatur para budak dan anggota keluarga yang lain. Wanita juga
ditugaskan menggiling gandum, mencuci alat-alat dapur, dan melahirkan anak
(laki-laki). Budaya Arya sangat mendambakan anak-anak laki-laki, jika tidak
diperoleh maka istri bisa dicerai. Begitupula ketika suami meninggal, maka sang
istri harus menaiki pancake, tempat pembakaran jenazah suami dan ikut terbakar
bersama suami. Abu jenazah serta tulang belulang dicuci dan disimpan dalam
guci.Kebiasaan lain bangsa Arya yaitu gemar melakukan lomba perang-perangan
atau lomba memanah. Tari-tarian dilakukan dengan gembira yg diiringi dg music.
Mereka juga punya kebiasaan bermain judi (permainan dadu). Perkawinan hanya
terjadi pada wanita dewasa dan tidak dikenal poligami, kecuali para kepala
suku. Bagi mereka perkawinan adalah sesuatu yang suci. Hal itu dapat dilihat
dalam kitab veda: “Saya menggandeng tanganmu untuk kebahagiaan dan kebesaranmu
sampai ke hari tua dengan saya suamimu”.
kitab ramayana dan
mahabarata
Inti cerita
tersebut adalah kisah perjalanan Bangsa Arya. Kedua, kedudukan pendeta tidak
terlalu penting dibading ksatria. Ketiga, kemegahan yg terbesar adalah mati
dalam pertempuran, yg bakal menjamin kemasyuran abadi. Prajurit harus ditopang
dengan kejujuran ketika berhadapan dengan musuhnya. Sedangkan wanita
digambarkan sebagai wanita setengah pria, yg menjadi teman sejati, sumber abadi
dari sifat baik, kesenangan dan kekasih dalam keluarga. Istri yg baik adalah
telam dalam kesunyian, seorang ayah yang member nasehat, dan suatu
peristirahatan dalam menempuh pengembaraan hidup.
D. PERKEMBANGAN LEMBAH SUNGAI INDUS DAN INDIA KUNO
Perkembangan
agama Hindu – Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di
India.Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha.
Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di
dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya
kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui
celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000 – 1500 SM dan mendesak bangsa Dravida
(berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang
telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti
berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa.Bangsa Aria sendiri termasuk
dalam ras Indo Jerman.Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak
kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam.Bangsa Aria merasa ras
mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa
Dravida.Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang
Arya mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan
kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa
Dravida.Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan
sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan
bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal
penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/Sungai Shindu/Hindustan
sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya
Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme).Daerah perkembangan
pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri
bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Dalam
ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
§ Brahma sebagai dewa pencipta segala
sesuatu.
§ Wisnu sebagai dewa pemelihara alam.
§ Siwa sebagai dewa perusak.
§ Ketiga dewa tersebut dikenal dengan
sebutan Tri Murti.
Kitab
suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama.Pemujaan
terhadap para dewa – dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran
ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis
oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:
§ Reg Veda, berisi tentang ajaran –
ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500 – 900 SM) kira – kira muncul saat
bangsa Aria ada di Punjab.
§ Yajur Veda, berisi doa – doa yang
dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai
daerah Gangga Tengah.
§ Sama Veda, berisi nyanyian puji –
pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
§ Atharwa Veda, berisi kumpulan
mantera – mantera gaib, doa – doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra
muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.
Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta – kasta tertentu,
yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.Pembagian tersebut didasarkan pada
tugas/ pekerjaan mereka.
§ Brahmana bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
§ Ksatria berkewajiban menjalankan
pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya,
para bangsawan, dan prajurit.
§ Waisya bertugas berdagang, bertani,
dan berternak, terdiri dari para pedagang.
§ Sudra bertugas sebagai petani/
peternak, para pekerja/ buruh/budak, merupakan para pekerja kasar.
Di
luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan
gelandangan.Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari
kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida.Paria disebut
juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.
Pembagian
kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga
dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama.Pelapisan tersebut dikenal
dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/empat
kasta.Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah
mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi
suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah.Asumsi
ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat
kuburan.Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam
tempayan khusus.Namun ada kalanya, tulang – tulang yang tidak dibakar, disimpan
di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh
“Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di
daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan
kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat – jimat. Dewi – dewi yang lain
nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon
suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk.Lukisannya
terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang.Dugaan
ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa
Siwa.Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai
tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak.Meskipun demikian, dengan adanya
bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti
ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
E. PENGARUHNYA DI ASIA DAN INDONESIA
Beberapa pengaruh peradaban Lembah
Sungai Indus terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia
antara lain sebagai berikut :
1. Pembakaran dupa dan kemenyan ketika
akan melakukan upacara.
2. Keyakinan tentang zimat atau benda
yang mempunyai kesaktian tertentu.
3. Keyakinan pada batara kala, upacara
ruatan.
4. Pengagungan pada cerita Ramayana dan
Mahabharata dalam cerita wayang
5. Upacara wedalan (hari lahir),
sekaten, penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan wuku, dan upacara –
upacara setelah kematian seseorang.
6. Banyaknya kata – kata dalam bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Pali.
7. Olahraga pernapasan, yaitu yoga.
8. Islam yang berkembang di Indonesia
berasal dan dipengaruhi budaya India. Hal itu dibuktikan dengan melihat hal –
hal berikut :
Batu kubur atau nisan Sultan Malik
As Saleh terbuat dari batu marmer yang memiliki corak yang sama dengan yang ada
di India pada abad ke-13, relief yang terdapat dalam makam Sultan Malik As
Saleh memiliki corak yang sama dengan yang ada di kuil Cambay India, serta 3)
adanya unsur – unsur Islam yang menunjukkan persamaan dengan India, salah
satunya cerita atau hikayat tentang nabi dan pengikutnya sangat jauh dari
cerita – cerita Arab, tetapi malah lebih mirip dengan cerita dari India.
(http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-x/peradaban-lembah-sungai-indus)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
India adalah negara yang memiliki
sejarah peradaban tinggi. Para ahli sejarah memperkirakan peradaban Lembah
Sungai Indus pada kurun waktu 2800 SM–1800 SM. Peradaban India Kuno ini dikenal sebagai peradaban Harappa karena
penggalian pertamanya di kota Harappa. Adalah seorang arkeolog
berkebangsaan Inggris bernama Sir John Hubert Marshall yang mengungkapkan
adanya kota kuno Harappa dan Mohenjondaro pada awal abad ke-20.
Peradaban kuno tersebut berada di
tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus yang masih ada sampai sekarang
dan Sungai Sarasvati yang mungkin telah kering pada akhir 1900 SM. Para
ahli meyakini bahwa pusat peradaban Mohejodaro terletak di Lembah Indus
yang berada di timur Sungai Indus, tepatnya di provinsi Sindu Pakistan dan kota
Harappa diprovinsi Punjabi, India.
Secara geografis, letak peradaban
kuno ini di sebelah utara berbatasan dengan pegunungan Himalaya.Sebelah barat
berbatasan dengan Pakistan.Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia dan
sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.
Peradaban Lembah Indus menurut para
arkelog pernah berlangsung di Lembah Sungai Indus sejak 3.000-500 SM. Zaman ini
sering disebut zaman Chalcolithicum. Ketika India masih di bawah kekuasaan
pemerintah Inggris mulailah dirintis penggalian kota terpendam. Penggalian kota
yang terpendam dipimpin oleh Sir John Marshall. Penggalian bekas kota
dipusatkan di tepi Sungai Indus yaitu Harappa, Mahenjodaro, dan Chanhudaro.
DAFTAR PUSTAKA
http://theragnhild.wordpress.com/2012/08/20/peradaban-india-kuno-indhus-dan-gangga
http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-x/peradaban-lembah-sungai-indus
http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-x/peradaban-lembah-sungai-indus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar